# dewidya blogku
Widya blogku,,, Berawal dari keinginan untuk belajar

Rabu, 26 Januari 2011


SIMULASI KELULUSAN UN 2011

http://dewidyadharma.blogspot.com/Formula nilai akhir penentu kelulusan siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat, serta sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat, pada UN Tahun Pelajaran 2010/2011 ditetapkan dengan menggabungkan nilai mata pelajaran ujian nasional (UN) dengan nilai sekolah.
  1. Nilai akhir adalah pembobotan 60 persen nilai UN ditambah 40 persen nilai sekolah ( S/M ).
  2. Nilai sekolah adalah pembobotan 60 % nilai US/M ditambah 40 % nilai rata-rata rapor.
  3. Rata-rata nilai akhir minimal 5,5
  4. Nilai akhir tiap mata pelajaran minimal 4,00
  5. Tidak ada ujian ulangan.
Dari pembobotan di atas, bila seorang siswa meraih nilai 4 pada UN agar dapat lulus maka ia harus meraih nilai Sekolah / Madrasahnya harus 8.
Karena  ( 0,6 x 4 ) + ( 0,4 x 8 ) = 5,6  ( di atas rata-rata nilai akhir minimal 5,5 )
Jika nilai Sekolah / Madrasahnya mendapat 7 belum lulus karena :
( 0,6 x 4 ) + ( 0,4 x 7 ) = 5,2  ( di bawah rata-rata nilai akhir minimal 5,5 )
Nilai Sekolah / Madrasah ( S / M ) = ( 0,6 x Nilai US/M  + 0,4 x Nilai rata-rata Rapor )
* Untuk SMP / MTs dan SMPLB  nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5
* Untuk SMA / MA, SMALB dan SMK nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan 5.
Bagi adik-adik yang akan mengikuti UN, lebih jelasnya unduh file simulasi kelulusan UN  2011 berikut ( format excel ):
1. Simulasi Kelulusan UN SMP 2011
2. Simulasi kelulusan UN SMA 2011
Setelah unduh filenya, ikuti petunjuk yang ada dan lihat hasilnya ……… ( ini sebagai gambaran saja mengenai formula kelulusan UN 2011, yang pasti harus belajar giat, biar nilai UN membanggakan ) ….. selamat mencoba.
Tulisan di atas sebagai gambaran mengenai formula baru untuk penentu kelulusan UN mendatang, sehingga bagi yang membaca ( khususnya orang tua siswa ) akan lebih peduli lagi  untuk memotivasi putra putrinya dalam belajar.
READMORE -

Kamis, 20 Januari 2011


POS UJIAN 2010/2011

ujian Nasioanal sudah dekat. bagi teman-teman yang memerlukan pos ujian untuk tahun pelajaran 2010/2011 bisa di download disini
untuk standar kelulusan dan pelaksanaanya silahkan donwnloadpada lik berikut ini ;
1. permendiknas no 45th 2010 tentang kreteria kelulusan
2. permendikasn no 46 th 2010 tentang pelaksanaan un tahun 2011
READMORE -

Rabu, 19 Januari 2011


INISIASI DAN PROSES PENYADARAN DIRI

Oleh :
Nyoman Partha 
Dalam diri setiap makhluk yang hidup, selalu ada dahaga akan segala yang nirbatas.  Dahaga ini menjadi dorongan bagi manusia untuk mencari sesuatu atau seseorang untuk pemuas dahaganya ke segala penjuru dan sudut lingkungannya.  Setelah semua kemungkinan dijelajahinya tanpa hasil yang memuaskan, maka seseorang menjadi siap untuk menerima pelajaran proses yang benar, metoda yang jitu, dari seorang pengajar yang kompeten.  Setelah menjadi rendah diri dengan usaha pencariannya yang berkepanjangan, dia akan menyerahkan diri sepenuhnya ke bawah wibawa pengajarnya.  Para yogi berkata: "Begitu seorang murid siap, maka Guru akan datang".
Dalam pengajaran meditasi kepada seorang murid, ada empat faktor yang melengkapi inisiasi.  Murid bersetia teguh pada hidup bermoral, memahami secara tepat sistim konsentrasi untuk mencapai Tujuan hidup, paham akan arti penuh bakti dari beberapa suku-bunyi atau mantra yang diperkuat oleh wibawa Guru, dan berserah diri sepenuhnya pada Guru seperti seorang anak baru lahir ke dalam perlindungan tangan ayahnya.
Para pengajar praktek yoga jaman dahulu ingin menyampaikan paham inisiasi bagi orang kebanyakan dalam bahasa yang mudah dipahami semua.  Maka mereka mengambil berbagai contoh dari keseharian.  Di India ada orang yang mempunyai keahlian menjinakkan ular.  Mereka mengembara dari kampung ke kampung mencari penghidupan dengan mengusung keranjang berisi ular hidup.  Mereka menyiapkan labu, mengeringkannya, dan membersihkannya serta menusukkan beberapa lubang di samping untuk membentuk nada musik bila labu itu ditiup bagai seruling.  Diujungnya mereka kaitkan sebatang tongkat.
Dengan memainkan seruling itu menurut lagu tententu, pawang ular itu memasuki kampung-kampung di India mengundang mereka yang ingin tahu menonton tarian ular.  Sesampainya di pusat desa, dia meletakkan keranjangnya di tanah dan membukanya, menebarkan selembar kain, dan memukul kepala ular untuk membangunkannya.
Ular yang tadi tertidur secara insting tahu bahwa ada yang menyerangnya, mengangkat kepalanya dan siap mengancam untuk menggigit.  Saat ular bersikap siap menyerang, pawang mengarahkan tongkat ujung sulingnya pada wajah ular.  Ular memandang tongkat menanti serangan berikutnya.  Sementara ular memandangi tongkat, pawang terus melagukan nada-nada sederhana sambil menggoyangkan tongkatnya kesana kemari.  Karena masih menanti serangan berikutnya, ular mengikuti gerak ujung suling bergerak kesana kemari.  Meskipun ular itu tuli, namun tampak seolah ular menari mengiringi musik.
Para guru yoga menerangkan proses inisiasi dengan memanfaatkan situasi yang sama.  Di ujung dasar tulang belakang terletak daya spiritual penuh potensi.  Daya ini disebutkan seperti ular tidur melingkar.  Saat inisiasi, daya potensial ini dibangunkan, seperti pawang ular membangunkan ularnya yang tidur.  Namun, daya spiritual ini dibangunkan oleh tenaga suara akustik yang khas dan dipersiapkan secara ilmiah, dan oleh wibawa guru, bukan oleh tenaga fisik.
Tenaga akustik dari guru ini, diulang-ulang oleh murid seiring napas menyebabkan tenaga spiritual dalam diri murid akan bergerak naik menelusuri saluran utama di tengah tulang punggung.  Adalah wibawa guru yang menyebabkan bergeraknya ke atas sampai tercapainya pengalaman bersatunya jiwa dengan Kesadaran Agung.  Maka sangatlah penting bahwa tenaga akustik dari guru mempunyai kemampuan ini.
Juga harus menjadi jelas bahwa sejak saat inisiasi terjadi kemajuan spiritual berkat wibawa pengajar atau Guru.  Tanggungjawab murid adalah mengikuti tuntunan pengajar setepat dan seketat mungkin sehingga diperoleh pemurnian diri secara fisik maupun psikis.  Sebagai hasil dari kesungguhan murid dan kemampuan pengajar, maka murid akan memperoleh berbagai pengalaman.  Berbagai tahap perluasan kesadaran ini akan dialami murid ketika tenaga spiritual dalam jalur tulang belakang naik menuju mahkota kepala.
Proses inilah yang diterangkan kepada murid oleh Guru saat inisiasi melalui wakilNya atau Acarya.  Dengan metoda konsentrasi yang tepat, pikiran atau "rasa aku" dari pelaku meditasi secara hati-hati dan perlahan dialihkan dari keterkaitannya dengan dunia luar melalui tubuh, menuju suatu titik tempat "aku berada".  Masing-masing orang memiliki tempat kedudukan mental pribadi khusus, tempat aku kecil mulai bergerak menuju Aku Semesta.  Seperti badan kita memiliki kedudukan fisik, pikiran kita juga memiliki suatu titik, atau tempat.  Tempat ini berbeda dari orang ke orang tergantung dari momentum psikisnya.  Tempat kedudukan pikiran ini dan bagaimana mencapainya akan diterangkan oleh Acarya/pengajar.
Pelaku meditasi harus paham dengan jelas tujuan meditasi.  Setelah pikiran dibawa ke kedudukan itu, pikiran harus dibidikkan, diarahkan ke tujuan.  Penjelajahan berbagai surga atau neraka dalam pikiran bukanlah tujuan.  Tak ada satupun pengalaman fisik atau kenikmatan mental berbatas yang dapat memenuhi kerinduan jiwa akan damai dan kegembiraan.  Selalu akan ada keinginan untuk lebih, sampai kebahagiaan yang nirbatas tercapai.  Jadi harus menjadi jelas bagi murid bahwa sejak semula jiwa yang rindu kebebasan serta pikiran harus difokuskan dulu ke arah tujuan itu.  Baru kemudian mantra yang diberikan oleh Acarya dapat menghantar pikiran ke tujuannya.
Suara akustik yang dipersiapkan secara ilmiah, dan dihidupkan oleh tenaga pengajar, dalam yoga disebut mantra.  Keampuhan mantra tergantung beberapa hal.  Pertama, mantra harus diulang seiring napas.  Mantra memiliki dua suku kata.  Suku kata pertama dirapal seiring tarikan napas dan dihubungkan dengan rasa keberadaan.  Suku kata kedua diulang saat menghembuskan napas dan dikaitkan dengan Kesadaran Agung.  Kesendirian kita atau keterpisahan kita oleh kekuatan mantra akan terserap ke dalam Keberadaan Yang Maha Tinggi .
Dari sebab itu, mantra harus dirapal ulang bersama setiap napas.  Tuntutan kedua dari mantra, pengulangan, membentuk suatu momentum yang harus dibangun oleh murid agar konsentrasi tidak terputus atau terpecah.  Seluruh enersi fisik dan daya mental harus dikerahkan, disalurkan pada mantra dalam suatu aliran mantra yang menerus tak terputus.  Latihan meditasi secara bertahap akan membangunan kemampuan ini melalui latihan harian.
            Arti mantra sangatlah penting.  Ada dua arti mantra.  Pertama, arti intelektual yang dapat kita cari di kamus.  Arti kedua adalah arti sentimental atau arti yang muncul dengan latihan meditasi.  Dua arti ini bergabung bersama menghasilkan suatu ideasi, inilah sifat ketiga yang utama.  Sekedar pengulangan mantra seiring napas tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.  Diperlukan pemahaman yang dalam mengenai semangat dasar mantra dan pikiran harus terserap ke dalam semangat ini.
Sebagai hasil dari perjuangan mental ini untuk masuk kedalam arah yang benar agar membawa "rasa aku" menuju tempatnya, untuk mengarahkan momentum pikiran pada tujuannya, untuk merapal mantra seiring makna dan napas, maka pikiran akan dengan mantap makin meluas.  Perluasan pikiran akan mengakibatkan makin besarnya ungkapan cinta pada Keberadaan Agung.  Meditasi merupakan proses mengetahui, menyadari Aku sejati yang ada di dalam.  Mengetahui juga menghantar kepada mencintai, dan cinta menginspirasikan pengurbanan bagi Sang Tercinta.  Ibu berkurban bagi anak-anaknya, isteri bagi suami, suami bagi isteri, dan anak-anak bagi orangtuanya.  Pengurbanan ini mengarah pada memberi tanpa mengharapkan suatu imbalan.  Tenaga dahsyat dari Cinta Agung yang dialami dalam meditasi akan merengkuh murid, memberinya inspirasi atas pengurbanan bagi Sang Kekasih.
Dengan latihan rohani sungguh-sungguh pikiran akan berkembang dan menimbulkan rasa bahwa segala sesuatu dan semua orang di dunia ini adalah bagian dari dirinya, mirip seperti rasa yang dialami setiap orang bahwa tubuhnya adalah bagian dari dirinya.  Sebaliknya, cara berpikir analitis dan terkotak akan melihat segala sesuatu sebagai di luar dirinya, beda dan terpisah dari dirinya.  Spiritualitas mengakibatkan munculnya secara spontan rasa penuh pengertian, rasa berbagi, rasa sayang, pengurbanan, dan pelayanan.  Namun materialisme mendorong keakuan, kerakusan, acuh dan harapan imbalan.
Ada enam tingkat mengetahui atau kesadaran yang dalam yoga disebut "samadhi".  Samadhi adalah gabungan dua kata "sama" dan "adhi".  "Sama" berarti bersama atau persatuan, "adhi" berarti tujuan.  Jadi arti keseluruhannya adalah menjadi satu dengan tujuannya.  Tatkala kekuatan spiritual murid naik sepanjang saluran tulang punggung, akan dilakui enam pusat pengendali atau chakra.
Ketika kekuatan spiritual meninggalkan rumahnya di ujung dasar tulang punggung dan melalui pusat pengendali berikutnya, akan ada perasaan bahwa Tuhan ada di sini bersama aku.  Sebelumnya murid mungkin hanya percaya atau bahkan meragukan keberadaan Tuhan, namun kini dia mengetahuinya.  Ini akan memberikan kegembiraan khusus yang menggairahkan pikiran.
Dengan latihan meditasi lebih lanjut, kekuatan spiritual itu akan menembus pusat pengendali yang ketiga yang terletak di pusar.  Di sini perasaannya adalah Tuhan dekat sekali dengan aku.  Rasa kedekatan emosional ini menghasilkan kegembiraan yang lebih pekat daripada sebelumnya.  Kalau kita menjadi lebih dekat dengan yang kita cintai, tentu rasa mengenal akan makin tumbuh.  Bukan saja Tuhan ada, tetapi semua keraguanku lenyap.  Aku merasakan bahwa aku dapat mendekatiNya dan menemukan kedamaian dan ketenangan.
Ketika kekuatan spiritual melampaua pusat jantung, hubungan menjadi intim, tanpa formalitas, tanpa penghalang antar kita.  Aku selalu bersamaNya dan Dia tahu semua pikiran dan perasaanku.  Tak ada rahasia, semua dibagi.  Kami saling menyayangi.
Ketika pelaku meditasi dengan penuh bakti mencoba menyerap lebih dalam makna mantra, kekuatan spiritual menembus pusat pita suara.  Di sini "rasa aku" dari murid dan "rasa Aku" dari Tuhan serasa sama.  Meski terpisah, tampak sama.  Murid akan kehilangan dirinya dalam kerinduan pada Sang Kekasih.  Kegembiraan yang luar biasa.
Kekuatan spiritual kini mencapai kelenjar pituitary.  Pikiran meleleh, pribadi lebur dalam kesatuan, jiwa terpuaskan, terjadilah yoga.  "Aku adalah Itu" hanya ada Tuhan dan "rasa aku" milikku dan milikNya menjadi Satu.  Semesta ini adalah tubuhKu dan pikiranKu terungkapkan di dalamnya.
Kesadaran akhir terjadi oleh tarikan dahsyat ketidakterbatasan tatkala tenaga spiritual bersatu dengan pusat yang ketujuh.  "Aku" menunggal dalam ke-esa-an.  Rasanya tak terungkapkan, tak terperikan dan tak terukur.
Inisiasi tidaklah lengkap tanpa murid menyerahkan dirinya pada wibawa Guru.  Tanpa keterlibatan guru dalam proses meditasi sejak inisiasi sampai kesadaran akhir, pengalaman spiritual demikian tak mungkin terpikirkan.  Murid bagaikan seorang anak dipangkuan bapaknya.  Itu sebabnya Guru dipanggil "Baba" atau Bapa.  Beliau adalah seperti seorang ayah pada jalan menuju kebahagiaan tak terbatas.
Kalau kita memanggil taksi untuk membawa kita kesuatu tempat, kita cukup menyebutkan tujuan kita kepada pengemudi, masuk mobil, dan membiarkan pengemudi melakukan sisanya..  Kita tidak bertanya pada pengemudi apakah dia bisa mengemudikan  mobil atau tidak, atau dia pernah kecelakaan atau tidak, atau dia tahu jalannya atau tidak.  Kita sekedar masuk mobil dan santai.  Sama halnya, menerima wibawa Guru adalah seperti membiarkan Dia mengemudikan.  Tentu sekali bahwa Beliau lebih tahu mengenai tujuannya daripada kita.  Beliau tahu kita pernah dimana saja, dan dimana kita sekarang, dan apa saja yang diperlukan untuk keberhasilan perjalanan kita.
Namun ada suatu segi lain mengenai keterlibatanNya.  Kita ambil sebuah contoh.  Seseorang telah hidup selama 20 tahun.  Setiap tahun mempunyai 365 hari, jadi kita kalikan 20 dengan 365.  Setiap hari ada 24 jam, jadi kita kalikan lagi dengan 24.  Setiap jam ada 60 menit sehingga kita kalikan lagi dengan 60.  Hasilnya 10,5 juta.  Bila dia melakukan satu tindakan, baik atau buruk, setiap menitnya dalam hidupnya, maka dia telah mengumpulkan 10.5 juta reaksi atas kegiatannya.  Dengan berlangsungnya waktu, tentu bunganya juga bertambah.
Dengan dia melanjutkan hidupnya, jumlah reaksi akan bertumpuk.  Misalnya kita beri tanda Rp di depan angka 10.5 juta itu.  Bayangkan misalnya andalah orang itu dan anda harus menebusnya dengan gaji anda sekarang.  Berapa lama diperlukan?  Bila utang itu terus bertambah setiap harinya disertai bunganya, maka akan menjadi beban yang tak berakhir.  Siapa yang akan membantu anda?  Guru akan  membantu, tetapi hanya kalau anda mau.  Hanya kalau anda pasrah padaNya.
Beliau akan membantu kita membayar utang yang melilit gerakan kita.  Misalnya seorang ayah memberi anaknya tongkat kasti sebagai hadiah ulang tahun.  Dengan gembira si anak berlari keluar untuk bermain dengan hadiahnya yang baru.  Dalam keriangannya dia memukul bola memecahkan jendela tetangganya.  Tentu tetangga keluar rumah dan memaki si anak, "Siapa yang akan mengganti jendela saya yang pecah?".  Si anak dengan rasa tanpa salah menjawab, "Ayah saya yang akan bayar!".  Bila sang ayah menganggap bocah itu anaknya, dia akan menerima tanggung jawab atas keperluan anaknya sampai anak itu cukup matang untuk mandiri.
Hubungan antara anak dan Guru adalah timbal balik.  Anda menerima Guru dan Dia menerima anda.  Bila anda berteduh pada Guru, maka anda mempunyai beberapa kewajiban.  Anda harus mengikuti petunjuknya dengan teliti.  Proses meditasi yang dipelajari saat inisiasi harus dilaksanakan berkala secara tetap.  Bantuannya lebih besar daripada upaya yang anda keluarkan, namun kesungguhan adalah utama.
Menurut ilmu pengetahuan Tantra Yoga, setiap kali seorang murid yang pantas memperoleh pengajaran dari seorang guru yang berkompeten, kemajuan spiritual sudah merupakan kepastian.  Dari sebab itu, murid harus bersedia bersusah payah untuk mempraktekkan pengetahuan ini dengan setepat-tepatnya.  Tidak cukup dengan membaca buku resep makanan untuk memuaskan lapar.  Kita harus memasak makanan seuai dengan resep kemudian baru mencicipi dan menikmatinya.  Tidak juga cukup hanya membaca atau mendengarkan penjelasan ini.  Kita perlu segera mengambil inisiasi dan secara tekun mengikuti sistimnya sehingga dengan bantuan Guru jiwa kita akan sungguh terpuaskan.
READMORE -

EFEK MAKANAN TERHADAP KARAKTER MANUSIA

Oleh Drs. Nyoman Partha :

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sel - sel hidup yang tidak terhitung banyaknya. Sel - sel itu tumbuh dan berkembang atas bantuan makanan yang kita makan, karena itu sifat dan perangai dasar dari sel tubuh kita sangat dipengaruhi oleh jenis-jenis makanan yang kita makan tiap hari. Reaksi - reaksi yang terjadi didalam sel pada akhirnya akan mempengaruhi kecendrungan pikiran. Karena itu kita harus memlilih diet yang benar, karena makanan dan pikiran sangat erat kaitannya. Setiap jenis makanan, entah baik atau buruk, janganlah dimakan sembarangan karena dapat mengakibatkan degradasi mental. Degradasi mental ini akan menumpulkan kemampuan wiweka kita, sehingga kemampuan beda membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah tidak lagi bias dipertimbangkan.
Dewasa ini para produsen dan juga para konsumen sudah sama-sama tidak memiliki disiplin dan nilai moral yang tinggi, sehingga produsen dengan sangat leluasa mencampur jenis makanan dan minuman dengan campuran bahan-bahan kimia, yang tidak layak dicampurkan pada makanan dan minuman, lalu dikonsumsi oleh para konsumen yang kurang memahami filsafat makanan, ditambah lagi pengawasan yang tidak ketat dari aparat yang berwenang, maka kehancuran umat manusia sudah tidak terhindarkan lagi. Maka tidak mengherankan lagi apabila media masa selalu menayangkan dan menyajikan berita tentang keracunan manusia akibat makanan dan minuman, yang teranyar adalah korban jiwa akibat menenggak miras oplosan bermetanol.
Seringkali kita makan makanan tanpa mengetahui sifat-sifat intrinsik dari makanan yang kita makan. Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal 3 jenis makanan, yaitu :Makanan Sattvik ialah makanan yang dapat menumbuhkan sel-sel yang sattvika dan dengan demikian akan mendukung kesejahteraan fisik, mental dan spiritual. Contoh makanan sattvika : nasi, gandum, sayur-sayuran, jenis polong-polongan, buah-buahan, susu dan olahan susu. Makanan Rajasika, ialah makanan yang baik untuk tubuh namun bisa baik atau tidak baik bagi pikiran. Contoh makanan rajasika : coklat, kopi, the, soda, kola, cabe merah dsbnya. Makanan tamasika, ialah makanan yang berbahaya bagi pikiran dan bias baik atau tidak baik bagi tubuh. Seperti : daging dan ikan, telur, bawang merah, bawang putih, cendawan, tambakan, miras, bir, durian, terung putih dsbnya.
Menyimak dari ketiga jenis makanan tersebut diatas, maka seharusnyalah kita dapat mengikuti dictum “Aha’ras Huddhao Sattvashuddih” yaitu diet yang sattvika akan memberikan tubuh yang sattvika, dan tubuh yang sattvika akan memencarkan aura atau kecemerlangan. Namun sesungguhnya hai ini tidaklah gampang, karena sebagaimana kita ketahui, bahwa tingkat kesadaran setiap orang berbeda-beda. Sebagian memiliki kecendrungan ke duniawian yang sangat kuat dan sebagian  lagi telah memiliki kesadaran yang halus.
Bagi meraka yang kecendrungan duniawinya sangat kuat tidaklah mudah diarahkan menuju jalan spiritual, lebih-lebih mereka yang tidak melakukan praktek sadhana. Itulah sebabnya timbul kesalahpahaman tentang pengertian “ Panca Makara” (lima M), yaitu MAdya (anggur), Mamsa (daging), Matsya (ikan), Mudra (berbagai macam makanan) dan Maithuna (persatuan seksual), yang diajarkan dalam Tantra Yoga.
Berikut  ini akan dijelaskan salah satu bagian Panca Makara (lima M) yaitu Madya. Madya  arti kasarnya adalah minuman keras (anggur). Anggur dalam bahasa sansekerta disebut somadhara atau somarasa. Seorang aspiran spritrual (sadhaka) yang tekun melakukan Madya Sadhana akan dapat mencapai tingkat “ekstasi” yang tinggi (kegembiraan yang luar biasa)., yamh menyebabkan dia seperti orang mabuk (sadhaka yang mabuk). Melalui meditasi yang halus dan kuat, hormon yang terdapat pada Sahasra’ra Cakra teraktifkan. Sebagian dari fungsi cakra ini dikendalikan oleh bulan yang dalam bahasa sansekerta disebut “Soma”.
Karena itu hormone pineal yang mengalir dari Sahasra’ra Cakra, yang dapat “memabukkan” madya sadhaka disebut somadhara atau somarasa.
 “Somadha’ra Kshared ya’tu Brahmarandhra’t Vara’nane ; Piitvanandamayastva’m   sa Eva Madya Sa,dhakah“
Kalau seseorang sadhaka (penekun spritiual)telah memiliki kecintaan yang sangat mendalam terhadap Nirvikara Niranjana Parama Brahma, sehingga menyebabkan lenyapnya fikiran, intelek dan ego, dan keadaan sedemikian itu nampak seperti orang mabuk yang dapat dinamakan “Madya Sadhaka”
“ Yaduktam’ Parama Brahma Nirvika’ra’m Nirainjanam ;  Tasmin Pramadanajnana’m Tanmadyam’ Parikiirttitam” 
READMORE -

Senin, 15 November 2010


sejarah desa tejakula

Menurut piagam Raja Janacadhu Warmadewa yang memerintah tahun 975 tarik masehi yang sekarang tersimpan di Desa Sembiran. Dalam piagam itu ditemukan nama “ Hiliran “ hal ini dapat dilihat dalam prasasti tersebut pada lembaran Va, yang berbunyi sebagai berikut :
“ KUNANG YA ADA DURBALA SANGHYANG PERHYANGAN MEPEDEM, PANCURAN, PASIBWAN, PRASADA, JALAN RAYA DENGAN LODAN PAHURU PANGNA BANWA DI JULAH , DI INDRAPURA, BUWUNDALEM, HILIRAN, KEBAYANA, AMIN SIWIDHARUAN, SANGHYANG PERHYANGAN DITU “ 

Yang artinya :
“Apabila ada kerusakan –kerusakan Pura, Kuburan, Pancuran, Permandian , Prasada ( Candi ), Jalan raya yang ada disebelah utara maupun disebelah selatan, harus Desa Julah, Indrapura, Buwundalem, dan Hiliran, berganti-ganti memperbaikinya juga mengeluarkan biaya, karena penduduk desa-desa ini semuanya memuja Pura atau Kahyangan itu ( Goris, dalam Ginasa 1974 : XVIII )”.

Berdasarkan uarian tersebut diatas menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “ Hiliran “ adalah : Desa Tejakula sekarang, karena nama tersebut tercantum disebelah timur nama Buwondalem ( Bondalem ) atau berdasarkan urutan penyebutan nama-nama Desa yang tercantum yang sangat tua, dimana desa tersebut sudah ada sejak abad ke 10. Psasasti – Prasasti di Bali yang berangka tahun abad ke 8 sampai ke 10 kebanyakan menggunakan bahasa bali kuno, asal katanya adalah hilir dan mendapat akhiran an menjadi hiliran  , hilir dalam bahasa Indonesia juga berarti bagian sebelah bawah, lawan katanya hulu yang artinya bagian sebelah atas. Dalam Prasasti Raja Jaya Pangus yang berangka tahun 1181 tarik masehi, tidak ditemukan lagi nama hiliran, tetapi nama lain yakni Paminggir

. Untuk lebih jelasnya lihat Prasasti tersebut lembaran VIII b sampai Xa, sebagai tersebut dibawah ini
“ ATE – ATE KARAMA NIBANU BUAH, TAN PAWEHA MANGANA IRIKANG WWANG MANASA, SALWIRANI KAWWANGANYA KAWATEKANNYA, MAKADI WADWA HAJI RING PAMINGGIR “,


Kira – kira artinya :
Selanjutnya penduduk Desa Banyubuah dilarang memberikan / menghidangkan makanan kepada orang-orang dari Desa Manasa, biar orang itu berkasta apa saja dan golongan apa saja, terutama kepada rakyat dari Desa Pinggiran ( Ginarsa 1974 : XV ). Dalam prasasti tersebut diatas memang kurang jelas nama yang dimaksud dengan Desa Pinggiran. Karena tidak disebutkan urutan Desa – desa lainnya, Untuk memperkuat data bahwa Desa Tejakula dahulu juga dapat bernama pinggiran dapat kita lihat dalam Prasasti Kintamani D, yang dikeluarkan pada jaman Pemerintahan Raja Ekajaya Lencana, berangka tahun 1200 tarik masehi, yang bunyinya sebagai berikut :

“RING WINTANG RANU ADAGANG MARE LES, PAMINGGIR, BUHUNDALEM, JULAH  PURWASIDHI, INDRAPURA, BULIHAN, MANASA YAKA SIDHA TAN PAMISINGGIH  ISARASANING, RAJA PRASASTI ANUGRAHANIRA PADUKA SRI MAHA RAJA I KARAMANING CINTAMANI “,

Kira-kira artinya :
Apabila ada orang-orang dari Desa Lintang Danu ( Desa yang ada di pinggir Danau batur , berjualan ke Desa Les, Paminggir, Buhundalem, Julah Purwasidhi, Indrapura, Bulihan dan Manasa, hal ini telah diputuskan tidak dipergunakan Undang-undang yang tersebut dalam Prasasti Anugrah dari Sri Paduka Maharaja, yang ditujukan kepada sekalian penduduk Desa Kintamani ( Goris, dalam Ginarsa 1974 XV ).


Berdasarkan uruta nama-nama Desa yang disebut diatas nyatalah bahwa Desa yang dimaksud Desa Paminggir adalah “ Desa Tejakula “ menurut Prasasti tersebut yang pertama disebut adalah Desa Les, jadi desa ini letaknya disebelah timur Desa Tejakula, setelah itu baru disebut Desa Paminggir, Buhundalem, Julah dan seterusnya, sampai sekarang memang nama-nama Desa yang disebutkan seperti Buhundalem, Julah dan Les termasuk Kecamatan Tejakula, terbukti bahwa dulunya Desa Tejakula bernama Paminggir.

Kata Paminggir berasal dari kata Pinggir yang berarti : tepi, batas atau pinggir. Menurut pikiran kami kata paminggir hamper sama pengertiannya dengan kata hiliran, sehingga nama-nama ini silih berganti dipakai, baik dalam Prasasti maupun dalam Undang-undang Desa.

Kata hiliran kembali ditemukan dalam undang-undang Desa Tejakula yang selesai ditulis pada tahun 1932, tetapi nama hiliran dalam Undang-undang Desa tersebut disingkat menjadi liran
saja.( Lihat sima Desa Tejakula ). Perkembangan selanjutnya beberapa tokoh masyarakat menterjemahkan kata paminggir ke dalam bahasa sansekerta yaitu : Kula ( bersuku kata panjang ) Kula juga berarti pinggir atau tepi. Dimuka kata kula ditambahkan kata Teja yang berarti sinar atau cahaya. Tercantumnya kata Teja dimuka kata kula, penulis berusaha menemukan dari nama asal-usulnya. Untuk mengetahui asal-usul kata Teja, kami mengadakan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat dan ditambah dengan cerita-cerita rakyat atau Foklore.

Menurut cerita rakyat bahwa dalam jaman dahulu ada sinar jatuh disebelah timur desa itu, maka sampai sekarang diabadikan menjadi nama desa, kemungkinan besar sinar yang kelihatan jatuh ditepi timur desa itu semacam metior atau bintang-bintang yang berpindah tempat.
Jadi berdasarkan urutan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nama Desa Tejakula dahulu pernah berubah tiga kali sampai sekarang akan tetapi pengertiannya tidak begitu jauh satu nama dengan nama lainnya.yakni dari kata Hiliran diganti menjadi Paminggir dan terakhir menjadi Tejakula sampai sekarang.


Sumber : Pemkab.Buleleng
READMORE -
READMORE -